Friday, January 22, 2010

Keinginan Roh dan Daging

Akan ada kalanya saya meninggalkan semua rutinitas ini. Bangun tidur, berfikir, bernafas, makan, bekerja, beribadah, mengalami emosi yang mendalam. Dahulu begitu mudah, tiap dua kali seminggu saya bisa menjalani puasa. Tapi rupanya, semakin tua tubuh ini makin hebat pula kuasanya. Padahal harusnya tidak demikian.

Puasa makan adalah cikal bakal dari pengendalian emosi. Waktu SD saya bertanya pada ibu saya, bagaimana caranya supaya saya tidak lagi jadi anak yang pemberang. Entah saat itu, tapi saya yakin sekali kata "anak" tidak saya gunakan. Namun, ya itulah maksudnya. Kata ibu saya, bisa diawali dengan puasa makan, mungkin garam dan gula.

Dulu memang menghindari tiga setan putih adalah hobi saya; garam, gula, terigu. Itu untuk urusan perampingan tubuh. Tapi sekarang, rupa-rupanya rutinitas itu harus kembali diulang untuk beberapa permasalahan dalam hidup.

Saat dimana kita merasa pribadi kita tak diatur dan dikuasai keinginan daging, saat itulah kita sudah kalah. Karena kesombongan itu tengah membuktikan keberhasilannya.

Ada satu masalah besar yang nampaknya diawali dari kesalahan saya. Jalannya mungkin tepat, caranya sepertinya tidak. Itulah pertanda saya butuh mengasingkan diri dari duniawi.

Mengembalikan diri ke jalur-Nya, agar mampu mempelajari lebih lanjut ttg diri saya sendiri dan langkah tepat yang akan diambil ke depannya.

May God mercy my soul, for I have sinned. But s**** to God, I do feel the love, and it's keeping me alive.

No comments: